Selasa, 11 Oktober 2011

Mengingat Maut

Kau tidak akan pernah tahu kapan maut akan menjemputmu, sampai dia datang, kau hanya akan melihat kematian itu menimpa orang lain, dan bukan dirimu, sampai waktu itu datang, kau hanya bisa melihat bentuknya pada orang lain bukan pada dirimu, ntah itu berupa kecelakaan, penyakit atau apapun itu. Kau tidak pernah sadar sepenuhnya bahwa kematian senantiasa dekat denganmu, karena jika kau sadar, maka sebenarnya tidak akan ada lagi bentuk-bentuk penyia-nyiaan waktu yang terjadi, karena jika kau percaya sepenuhnya tentang kematian, maka tidak akan ada lagi bentuk keterabaian dari kegiatan berbekal. Astagfirullah… betapa dangkal ternyata keimananmu…
Karena jika kita tahu waktu kematian kita, secara otomatis sebuah sistem kesadaran kita akan berhimpun membentuk sebuah rasa takut dan was-was hingga akhirnya waktu yang tersisa akan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Atau jika kita pun tahu waktu kematian orang-orang dekat kita, maka bisa jadi kesadaran kita  akan membuat kita berkeinginan untuk melakukan yang terbaik untuknya.

Hati ini tergetar dan bahkan sekujur tubuh merinding ketika mendengar kabar seorang karyawati kantor yang sangat baik hati, lembut, dan baik perangainya wafat pada hari di mana hari sebelumnya aku masih bersua dengannya, masih melihat keteduhan wajahnya. Tidak terlintas sama sekali bahwa besok beliau akan pergi, dijemput maut menghadap Allah sang pencipta. Padahal pemikiran kematian harusnya senantiasa berada dalam pikiran kita karena bisa jadi hal seperti itu akan menimpa kita. Agak merinding, karena seanjang hari aku terbayang wajahnya, setengah tidak percaya, bahwa sosok Mba Retno itu kini telah tiada..

Banyak hal yang terpikir dari kejadian ini.. perasaan kehilangan, perasaan memikirkan diri sendiri, aku masih tidak tahu dengan cara bagaimana aku dijemput, dan sekarang masih dengan santainya menghadapi dunia.. Astagfirullah. Aku sedikit terpikir, bagaimana jika aku wafat nanti? Bagaimana dengan kedua orang tuaku? Akankah aku pergi dengan meninggalkan perasaan yang baik di hati orang-orang? Atau justru sebaliknya? Argh.. ini membuatku bertekad sepenuh hati untuk jadi orang baik sampai aku wafat nanti.

Dari apa yang terjadi selama ini, aku merasa aku belum sepenuhnya menunaikan hak persaudaraan dengannya. Ada rasa penyesalan, harusnya aku bisa lebih baik kepadanya.. perasaan kehilangan ini ternyata cukup membuat kepalaku berpikir jernih untuk memikirkan kehidupanku sendiri. Perasaan kehilangan ini mungkin dibandingkan rasa kehilangan terhadap Pak Ntah, Dafa, dan Nenek mungkin tidak sama. Hanya saja, kondisiku yang sudah semakin dewasa ini membuatku lebih banyak berpikir daripada sekedar terisak. Dan sepanjang sejarah kehidupanku, kehilangan yang membuatku begitu terpukul adalah kehilangan nenekku ketika aku masih kelas 3 SD, kehilangan Dafa, ponakan kecil tersayang dan guruku tercinta Pak Ntah ketika kuliah. Dan alhamdulillah, aku belum mengalami rasa sakit kehilangan yang lebih besar. Hatiku berdebar, ada rasa syukur mengalir dalam aliran nadiku menyadari masih banyak orang yang kucintai berdiri di sampingku meski aku tak tahu sampai kapan, Kedua orang tuaku, segenap keluarga besar termasuk ponakan-ponakan kecil yang begitu mewarnai hidupku, saudara-saudariku di jalan Allah yang masih senantiasa menemani perjalananku, meski kutahu jarak memisahkan, tapi ketertautan hati yang kuharapkan pada Allah senantiasa menghubungkanku dengan mereka, belum lagi keluarga besar BPPT yang kini senantiasa mengisi hari-hariku, dan Mba Retno adalah salah satu di dalamnya.

Satu hal besar yang menjadi lintasan pikiranku adalah Allah masih berkenan memberikanku kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka, merasakan kasih sayang dan persaudaraan yang tiada tara besarnya.. sampai waktu yang aku tidak tahu. Waktu yang akan memisahkan kami, mungkin aku lebih dahulu atau justru mereka lebih dahulu… ada limit waktu yang sangat jelas bagi setiap manusia. Dan itu pasti terjadi, tak ada serorang manusia pun bisa menolak takdir kematian, maka dari itu, sebelum semua berujung pada kematian yang mudah-mudahan Allah berkenan memberikannya dalam kondisi terbaik keimanan kita, maka berbuatlah yang terbaik untuk dirimu dan orang-orang yang kau sayangi… berbuatlah yang terbaik untuk bekal kehidupan setelah kematianmu, dan orang-orang yang berarti bagimu. Karena kau akan menyesal, ketika waktunya datang, dan selang waktu yang ada kau sia-siakan…jagalah kesehatanmu, bukan sebuah wujud takut kematian, melainkan sebagai sebuah bentuk rasa syukur atas anugerah kehidupan yang masih diberikan sekaligus menjadi ajang beramal dan berbekal yang terbaik.

Allah Maha Besar, tiada kejadian tanpa hikmah. Kejadian wafatnya Mba Retno yang cukup mendadak karena sakit itu membuat kepalaku berpikir seharian bahkan sampai malam menjelang, ku menyadari betapa dhoifnya diri ini, betapa bodohnya aku ketika menyadari sampai detik ini nampaknya bekal yang kukumpulkan untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, belumlah seberapa. Masih banyak kesiaan dan kesalahan yang mengiringi hari-hariku, astagfirullahal ‘adziim, Allah Maha Penerima Taubat. Seketika pengingatan kematian menyebar di seluruh neuron otakku, dan menyerang alam sadarku, kutahu yang sekarang harus kulakukan adalah melihat masa yang tersisa untukku yang ntah kapan, kutak tahu. Tapi yang jelas,, mudah-mudahan aku menjadi lebih baik dan lebih baik lagi setelah ini…

CINTA

Ya Aziz..........
Jika Cinta Adalah Ketertawanan
Tawanlah Aku Dengan Cinta Kepada-Mu
Agar Tidak Ada Lagi Yang Dapat
Menawanku Selain Engkau

Ya Rohim..........
Jika Cinta Adalah Pengorbanan
Tumbuhkan Niat Dari Semua Pengorbananku
Semata-mata Tulus Untuk-Mu
Agar Aku Ikhlas Menerima Apapun Keputusan-Mu

Ya Robbii..........
Jika Rindu Adalah Rasa Sakit
Yang Tidak Menemukan Muaranya
Penuhilah Rasa Sakitku
Dengan Rindu Kepada-Mu
Dan Jadikan Kematianku Sebagai
Muara Pertemuanku Dengan-Mu
Ya Robbii..........
Jika Sayang Adalah Sesuatu Yang Mempesona
Ikatlah Aku Dengan Pesona-Mu
Agar Damai Senantiasa Kurasakan
Saat Terucap Syukurku Atas Nikmat Dari-Mu

Ya Alloh..........
Jika Kasih Adalah Kebahagiaan
Yang Tiada Bertepi
Tumbuhkan Kebahagiaan Dalam Hidupku
Di saat Kupersembahkan Sesuatu Untuk-Mu

Ya Alloh..........
Hatiku Hanya Cukup Untuk Satu Cinta
Jika Aku Tak Dapat Mengisinya Dengan Cinta Kepada-Mu
Kemanakah Wajahku Hendak Kusembunyikan Dari-Mu

Ya Ar-Rahman.........
Dunia Yg Engkau Bentangkan Begitu Luas
Bagai Belantara Yg Tak Dapat Kutembus
Di Malam Yang Gelap Gulita
Agar Tidak Tersesat Dalam Menapakinya

Ya Ar-Rahhim…….
Berikan Alas Kaki Buat Hamba Agar Jalan Yg Kutapaki Terasa Nikmat
Meski Penuh Dengan Bebatuan Runcing & Duri Yang Tajam
Hamba Sadar Semua Ini Milikmu Dan Suatu Saat
Jika Kau Kehendaki Semuanya Akan Kembali Jua Kepada-Mu
Hamba pasrahkan kehidupan hamba kepada-Mu.